Wednesday, August 04, 2010

Sanering VS Redenominasi


Akhir-akhir ini orang dimana-mana pada heboh tentang pemotongan mata uang Rupiah, termasuk kedua orang tua saya. Kira-kira 2 hari yang lalu, saya lagi enak-enakan main game Mystic Inn by GamehouseTM *setelah bosan main sims 2 hahaha*, papa saya yang semula tenang menonton berita di ruang tivi, kalau gak salah sih di TvOne beritanya, tiba-tiba teriak2 heboh ke mama. Ngomong apa saya lupa. Intinya ngomong uang Rupiah mau dipotong lagi. Terus mamsaya kasih tanggapan yang juga heboh. Kira-kira gini omongannya “Koyok mbiyen iku a? Loh lak mudun maneh iki nilaine. Ncen sak penake dewe pemerintah iku. Lak sakno wong2 cilik’e” hahahaha nggak ngerti kan? FYI itu bahasa Jawa kawan2.

Terjemahan Bahasa Indonesianya sayarang lebih begini “Seperti dulu? Loh turun lagi ini nilainya. Memang seenaknya sendiri pemerintah itu. Kan kasihan yang orang-orang kecil”

Saya yang menguping sedikit-sedikit cuma mikir, “halah apa-apaan ini mama papa saya. Lebay semua hehehe sanering tah? Oalah …” *ini dalam hati, boi*

Enteng banget kan tanggapan saya haha entahlah karena terbiasa cuek dan juga memang lagi asik main game, ya udah gak saya tanggepin. Diam aja mendingan. Lagipula udah malem saya lagi males mikir plus males berdebat.

Kemudian, dua hari kemudian atau kemarin sore, setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah adik saya * oh iya ini udah biasa bagi saya ngerjakan PR adik. Masalahnya adik saya agak males + gak bisa ngerjakan tugasnya kali ini, saya dengan ikhlas mengerjakan untuknya. Eh tapi dibayar ding, dengan cara dijajanin something lah ROFL*, saya iseng hidupkan televise lalu pindah-pindah channel sembarang. Eh gak taunya, ada berita tentang pemotongan ini yang ternyata istilahnya Redenominasi. Secara gak disengaja mamsaya lewat depan saya *baru masuk dari luar rumah* terus mamsaya komentar yang kira2 ngomong “Doh ini pemerintah gak kasihan sama orang banyak ya.”

Setelah liat berita sekilas tadi saya udah nangkep kalau ternyata mama + papa saya ini salah serap informasi. Sebagai anak yang baik ya saya meluruskan pernyataan yang salah. Saya bilang “Bukan mah. Ini redenominasi beda ama sanering. Kalau redo ini cuma di sayarangi nominalnya tapi nilainya tetep sama. Cuma digelundungin nolnya gampangnya. Kan rupiah kebanyakan. Masak dollar aja cukup nominal 10000, rupiah jadinya kurang lebih seratus juta. Kebanyakan nol malah bikin pusing yang ngitung. Lagipula kalau diilangin nolnya jadi lebih gahol. Gaya udah kayak nominal mata uang asing hahaha”

Tanggapan mama saya cukup satu: DIAM. Kalau adik saya tanggapannya berbeda "Lho kok kamu tau mbak?"

Saya menjawab "Lha aku pernah sekolah. Emang kamu gak pernah dengerin pelajaran :P" *sadis*
Hahahahah ternyata ini toh. Gini ini nih yang sering bikin gawat Negara. Orang sering belum ngerti maksud kebijakan udah komentar sana sini. Udah protes terus. Demo dimana-mana. Bukannya mau mengejek mama+papa saya atau orang-orang lainnya dan cenderung membela, tetapi saya disini hanya meluruskan saja. Tidak salah, bukan? Hehehe
 
Dalam postingan kali ini sebenernya saya mau menjelaskan perbedaan dari Redenominasi dengan Sanering. Salahnya penyampaian di televisi juga dengan istilah “Pemotongan”. Orang-orang tua kita yang pastinya dulu tahu lah minimal tentang sanering yang dilsayakan pada zaman cabinet Mr. Syafrudin dimana nilai uang rupiah dipotong dari 1000 menjadi 1. Disini memang nilainya yang berubah, yang tentu saja juga mengubah nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing. Contohnya kira-kira begini sebelumnya mungkin saja 1 dolar adalah 2500. Kemudian ketika rupiah dipotong nilai nominalnya, uang rupiah senilai 1000 *yang telah dianggap menjadi satu rupiah* harus ada sebanyak 2500 lembar. Jadi untuk uang yang lama, 1 dolar = 2.500.000 nominal uang lama.
 
Jikalau redenominasi ini hanya mengecilkan nominal yang ada. Kan biar kalau ngitung jadi lebih gampang. Kelihatan gitu jumlahnya dengan jelas, misal ada dana ganjil ataupun pada saat penghitungan neraca bisa diketahui apabila ada yang tidak seimbang antara neraca pendapatan dan pengeluaran Negara.
 
Sepertinya kalau dibaca penjelasan di atas nampaknya masih belum bisa dibedakan ya? Jujur saya juga bingung membaca penjelasan saya sendiri di atas hehehe begini mudahnya. Misalnya jika kita membeli Handphone dengan harga Rp 1.500.000,- pada suatu counter . Kalau seumpama ada sepuluh pembeli Handphone maka total pendapatan counter tersebut menjadi Rp 15.000.000,-. Nah kalau ada 100 Handphone bagaimana? Pasti kalian akan mudah menjawab “Ya … 150.000.000 rupiah lah. Gitu aja apa susahnya” Memang kelihatannya penghitungan simple kan. Kemudian bayangkan ada 10000 pembeli Handphone, maka total pendapatan menjadi Rp 15.000.000.000,- Misalkan ini dalam seminggu. Jika ditotal pendapatan dalam sebulan? Belum lagi kalau ada merk Handphone lainnya yang tentu harganya berbeda-beda. Bayangkan berapa digit angka nol yang ada. Alih-alih bikin pusing, juga bisa menyebabkan kesalahan perhitungan. Kekurangan atau kelebihan penulisan jumlah angka nol yang ada akan berakibat fatal dan menyebabkan timbulnya prasangka adanya korupsi atau pencurian yang sebenarnya hanya fiktif atau dugaan semata.
 
Ini hanya dalam skala sebuah counter Handphone. Bagaimana kalau dalam skala Negara dimana pemerintah diharuskan menghitung neraca pendapatan beserta pengeluaran Negara? Namanya manusia pasti memiliki kelemahan dan bisa berbuat kesalahan dalam menghitung. Kehilangan jumlah angka nol saja sudah bikin heboh, padahal jumlah uang yang ada sebenarnya sudah benar, hanya kesalahan dalam menulis. Lalu angka yang salah itu digunakan untuk penghitungan selanjutnya, langsung saja akan terjadi kegoncangan, bukan? 

Tuduhan korupsi pemerintah karena nilai yang ditulis tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya akan meluas. Sebenarnya hanya karena salah menulis. Disini kalian pasti berpendapat “Udik bener lo! Pemerintah ngitung pake alat lah. Ngapain pake tangan.” Oke saya terima pendapat Anda. Namun begini, untuk melihat adanya keseimbangan antara neraca pemerintah, harus dilihat secara manual juga untuk memastikan akurasinya. Karena neraca juga bisa menunjukkan kondisi finansial suatu negara dimana hasil pengamatan akan dapat digunakan untuk membuat kebijakan-kebijakan selanjutnya. Nah kalau angka nol atau angka lainnya berderet-deret panjang sekali seperti kereta api begitu, bagaimana mau melihat dengan jelas. Bisa sih sebenarnya kalau dengan jeli. Padahal harusnya kondisi moneter harus bisa dibaca sekilas saja dengan melihat neraca. Bagaimana bisa sekilas kalau angkanya panjaaaaaaaaaaaaaaang banget. Contohnya gini Rp 234.976.764.112.000.000,- hayo siapa yang gak pusing tuh ngeliat angka seperti itu :P
 
Dollar Amerika saja ada nominal 1 (US$ 1) belum lagi masih ada sen berupa koin penny yang nilainya lebih kecil dari 1 bila dituliskan dalam notasi mata uang. Nah kalau rupiah, sekarang minimal 100 saudara-saudara. Rp 100,- minimal. 100 rupiah ... padahal 1 dollar aja sama dengan sekitar 10000 *sigh*
 
Misalnya harga game dari gamehouse adalah US$ 30. Kalau dikonversikan ke rupiah jadinya kurang lebih Rp 300.000,-. Banyak banget kan nominalnya. Maksudnya banyak banget jumlah angka nol nya padahal sebenarnya nilainya sama saja. Seumpama beberapa nol itu dihilangkan kan jadinya gak bakalan ribet ngitungnya. Inilah yang dinamakan redenominasi. Istilah bodohnya, gulirkan atau bahasa jawanya gelundungkan beberapa nolnya biar gampang atau MENGHILANGKAN ANGKA NOL dari nominal yang dituliskan. Walau nol digulirkan, nilai tetap sama kan? *wink* *grin*
 
Contoh riilnya, beberapa hari yang lalu saya pesan tiket kereta api buat balik ke Bandung. Karena mau libur lebaran juga saya beli tiket 3 jenis. Satu untuk kembali ke Bandung. Satu untuk pulang lagi ke rumah untuk libur lebaran. Satu lagi untuk balik lagi ke Bandung sehabis lebaran. Asumsi saya kalau tidak pesan tiket sekarang, bakal kehabisan seperti tahun lalu atau dengan kata lain saya juga bakal bolos kuliah beberapa hari kalau kehabisan tiket :P
 
Harga tiketnya itu yang sebelum lebaran (Agustus) sebesar Rp 250.000,-. Kalau yang musim lebaran, satu tiket harganya sekitar Rp 380.000,-. Saya sendiri saja totalnya Rp 1.010.000,-. Belum lagi kebetulan saya juga membelikan tiket untuk teman2 saya *nitip belikan maksudnya biar seat nya sebelahan jadi ntar duit saya diganti kok hehehe* itu semua kalau ditotal dari 4 orang teman saya adalah sekitar 4 juta-an. Total-kan itu semua saya kan pakai kalkulator gitu ya biar gampang. Eh taunya pusing juga karena jumlah tiket yang dibeli beda-beda tiap jenisnya. Pusingnya sebenarnya karena kebanyakan ngeliat angka nol *selain pusing liat harganya juga . LOL* Jadi inisiatif saya ketika menghitung di kalkulator dengan cara menghilangkan nol-nya. Ini berarti saya melakukan redenominasi sendiri gitu kan hehehe. Tujuannya satu yaitu memudahkan penghitungan. Dengan menghilangkan beberapa nol-nya saja kita tetap menganggapnya sama saja *bukan serta merta menurunkan harganya. Enak dong kalau begitu :P*. Hal itu pula yang akan dilakukan pemerintah. Tidak akan menurunkan nilai rupiah. Hanya saja menghilangkan beberapa nol-nya untuk memudahkan penghitungan.
 
Sekian tulisan kali ini. Semoga Kalian semua mengerti apa yang ingin saya sampaikan disini. Maaf kalau terlalu panjang dan malah bikin tambah bingung hehehe

0 Comment(s):

Post a Comment

Thanks for visiting. Silahkan berkomentar walau sesingkat apapun akan saya hargai. xie xie ☺

best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in