Sunday, November 23, 2008

Makanya Jujur, Dong !


Uh...tiga hari lagi ulangan umum nih. Aku, Ranya, anak cewek paling ramai di kelas sedang bingung untuk mempersiapkan ulangan umum yang sudah semakin dekat. “Cepet banget sih,” keluhku. Padahal sebelumnya aku belum pernah mempersiapkan diri seperti belajar untuk menghadapi ulangan umum ini meski aku sudah tahu dari dulu. Dasar aku anak bandel, walau diingatkan berulang kali oleh bundaku tercinta aku hanya mengiyakan. Itupun hanya di mulut. Saat waktu belajar tiba alias jadwalnya habis magrib aku memang bilang mau belajar tapi ternyata aku malah asyik mendengarkan lagu-lagu MP3 kesukaanku di dalam kamar dengan pintu tertutup.

Memang benar kata pepatah yang berbunyi “PENYESALAN PASTI DI BELAKANG”. Sekarang waktuku untuk menyesali apa yang telah aku perbuat. Mau memperbaiki rasanya terlambat. Tiga hari lagi? Mau ngapain lagi. Akhirnya aku putuskan sebuah keputusan yang merupakan sebuah tantangan bagiku. Bagaimana tidak? Saat ulangan aku berpikir untuk membuat bonsai catatan. Sepertinya tidak ada ide lain walaupun yang satu ini amat sangat membahayakan sebenarnya. Sebelumnya, aku sudah memikirkan bagaimana kalau Bu Anti tahu apa yang aku lakukan. Bisa mati aku! Tapi aku mencoba untuk berani. Toh, aku sudah sering melihat teman-temanku begitu dan nyatanya mereka sukses besar. “Pokoknya hati-hati aja! Jangan sampai ketahuan!” kata teman sebangkuku yang memang sering membuat bonsai catatan. Bisa dibilang dia salah satu guru sesatku! Hehehe......”Udahlah berani aja!”pikirku.

Waktu terus berjalan. Tak terasa besok ulangan umum. Untung saja pada malam harinya aku sudah menyiapkan apa-apa yang aku butuhkan. Rencananya begini, aku menulis semua rangkuman pelajaran yang sudah diterangkan guruku pada secarik kertas. Lalu, aku sembunyikan di saku bajuku, di kolong meja yang gelap, di dalam kotak pensil tertutup, dan di balik penggaris. Kalau begitu aku pikir nggak bakalan ada yang mengetahuinya. Setelah menyiapkan segala sesuatunya, aku kecapekan. Tapi aku sempatkan diriku untuk tetap membuka buku walau sedikit. Apalagi besok Bahasa Indonesia, jadi aku hanya membaca cerita-ceritanya saja. Setelah lelah, aku tertidur.

Burung berkicau begitu indah. Seakan tidak tahu apa yang akan aku alami nanti. Ingin rasanya aku ikut burung itu. Terbang tinggi ke angkasa dan bebas nggak ikut ulangan. “Enak ya burung nggak sekolah,” pikirku macam-macam. Setelah melirik jam beker Hello Kitty hadiah ultah dari mama aku terkejut. Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih sedikit. Wah, aku kesiangan nih! Maka dari itu, tanpa menunggu komando aku langsung melesat ke kamar mandi. Aku mandi secepat kilat, tapi bersih, lho! Jangan salah sangka dulu! Setelah itu, aku ganti baju dan turun ke lantai bawah. Ternyata ayah, ibu, dan kakakku telah siap di meja makan. “Bangunnya gak kepagian, Non?” sahut Kak Tari, kakakku yang paling manis dan paling cerewet.

“Huh...kakak nih selalu ngomentarin aku!” protesku.

“Yee...diingetin kok malah marah?” jawab kakakku tak mau kalah.

“Sudah...sudah! Ayo makan! Jangan bertengkar terus nanti terlambat lagi!” lerai ibuku dengan lembut.

“Ah, Mama!” jawabku. Setelah itu, aku cepat-cepat menghabiskan makananku. Untung saja tidak sampai tersedak. Padahal ibuku sudah mengingatkanku agar pelan-pelan tapi aku tetap takut terlambat.

Akhirnya habis juga makanan di piringku. Setelah minum beberapa teguk air, aku pamit ayah ibuku untuk berangkat sekolah. Kedua orang tuaku mengantarku sampai depan rumah. Kemudian, aku naik ke dalam mobil jemputanku.

Sesampainya di sekolah, aku melihat sudah banyak temanku yang datang. Saat kulihat ternyata banyak temanku yang juga membuat bonsai catatan sepertiku. Ada yang menulis di atas mejanya, menaruhnya di saku celana, bahkan ada yang ekstrem yang menulis rangkuman di pahanya lalu ditup rok atau celana. Melihat tingkah mereka aku tertawa dalam hati. “Dasar nggak siap! Makanya siapin mulai kemarin dong!” ejekku dalam hati. Entah mengapa, aku menjadi bangga karena aku membuat bonsai catatan sejak tadi malam. Mungkin karena ini pertama kalinya aku melakukannya. Sebenarnya aku tahu bahwa hal ini buruk. Namun, apa boleh buat? Aku belum siap apa-apa dari kemarin. Jadi terpaksa dan halal-halal saja buatku.
Waktu menunjukkan tepat pukul 07.00. Bel tanda masuk berbunyi. Bu Anti, wali kelasku masuk ke dalam kelas dan mulai membagikan lembar jawaban. Kemudian baru membagikan soal. Setelah bel tanda dimulainya mengerjakan. Aku dan kawan-kawanku mulai melaksanakan aksiku. Saat aku melihat soal saja sudah pusing tujuh keliling, apalagi mau nyoba ngerjain, tambah mual aku, begitu pikirku. Dan saatnya beraksi.

Ternyata Bu Anti malah berkeliling ruangan mengawasi siswa-siswa yang hendak menyontek. Lalu beliau duduk di kursi belakang yang kosong. Wah, gawat nih! Aku bisa ketahuan. Maka dari itu aku mengurungkan niatku untuk menyontek. Namun ada salah satu temanku yang memaksakan keadaan dan akibatnya Bu Anti memergokinya dan melarangnya untuk mengikuti ulangan umum. Waduh, aku nggak jadi nyontek dah! Takut! Bisa-bisa aku ngecewain bundaku lagi. Akhirnya aku mengurungkan niatku dan berusaha sebisanya. Untung saja aku masih membaca buku sedikit-sedikit. Jadi nggak sepenuhnya lembar jawabanku kosong. Apalagi soalnya pilihan ganda semua, jadi aku bisa menebak jawabannya.

Untuk hari-hari selanjutnya, aku berjanji akan belajar saja agar aku mendapatkan nilai seperti keinginanku. Selain itu aku nggak mau ngecewain kedua orang tuaku dan aku akan membuktikan kalau aku bisa jadi yang terbaik. Akhirnya, ulangan umum berakhir. Hasil ulangan dipampang di depan kelas. Ternyata nilai ulangan hasil aku belajar sendiri lebih baik daripada saat aku menyontek. Sejak saat itu, aku berjanji akan belajar giat agar aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Hehehe...ternyata enak juga jujur! Sekarang aku punya semboyan hidup “Jujur bikin mujur”. Makanya jujur, dong!

0 Comment(s):

Post a Comment

Thanks for visiting. Silahkan berkomentar walau sesingkat apapun akan saya hargai. xie xie ☺

best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in