Sunday, November 23, 2008

Akhirnya Ku Mengerti


Hujan gerimis membasahi baju Nina yang sedari tadi memasang muka lusuh. Tampaknya ada sesuatu hal yang sedang ia pikirkan. Sedari tadi ia berdiam diri. Saat istirahat pun ia hanya berada di kelas. Tak seperti biasanya, Nina yang dijuluki burung beo oleh teman-temannya kini hanya bermuram durja. Sahabat Nina, Tika, sampai-sampai kebingungan melihat tingkah Nina hari ini. Ia malah mengira Nina marah kepadanya atas perbuatannya kemarin. Memang sih kemarin Tika dan Nina sempat beradu mulut gara-gara Tika mengingkari janji untuk bermain bersama Nina. Tapi memang kedua sahabat itu sama-sama keras kepala.

Saat pelajaran berlangsung, Bu Fisa yang sedari tadi berjual jamu di depan kelas, tak ada satu kata pun yang terekam dalam pikiran Nina. Ya, seperti masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Cuman transit aja gitu! Jangankan terekam, menempel sedikit aja nggak tuh. Padahal, Bu Fisa merupakan guru killer di sekolahnya. Semua temannya tak ada yang berani membantah Bu Fisa ini. Tika, yang sedari tadi memperhatikannya, sempat terheran-heran melihat keberanian Nina untuk tidak memperhatikan Bu Fisa.

Hingga pelajaran guru killer tersebut berakhir, saat semua teman-temannya bernafas lega, Nina terus saja bermuram durja. Karena terlalu lama tidak saling bicara, Tika akhirnya memberanikan diri untuk menegur Nina. “Nin, kamu masih marah ya sama aku? Maafin aku, ya, Nin! Aku ingin kita bersahabat lagi,” ucap Tika, “Nin, kenapa kamu diam aja dari tadi? Jawab,dong, Nin!”

“Nggak kok! Aku nggak apa-apa, aku udah nggak marah sama kamu. Aku masih mau sahabatan sama kamu,” sahut Nina masih dengan lesu.

“Bener nih kamu nggak apa-apa? Kok dari tadi aku perhatiin kamu diem aja nggak seperti biasanya. Aku lebih senang Nina yang dulu. Ada apa sih? Mungkin aku bisa bantu nyelesaiin masalahmu.”

“Sebenernya aku lagi bingung,” ucap Nina.

“Bingung kenapa?” sahut Tika.

“Ehm..........nanti aja deh aku ceritanya di rumahmu. Bolehkan aku ke rumahmu dulu?”

Tika menjawab dengan hati yang lega karena ternyata Nina tidak marah padanya, “Ya tentu aja boleh! Mau menginap juga nggak apa-apa. Hehehe....”

Akhirnya, mereka pulang bersama-sama dengan perasaan yang lebih ringan walaupun Nina belum menceritakan apa masalahnya. Di tengah perjalanan, mereka melihat seorang anak kecil yang menangis gara-gara bertengkar dengan kakaknya. Padahal hanya masalah sepele yaitu gara-gara berebut cokelat dan permen, anak itu menangis. Di sana, mereka menolong adik kecil itu. Saat ditanya ternyata anak itu adalah adik Farid, teman sekelas mereka. Karena iba, mereka membelikannya permen dan cokelat sumber masalah tersebut dan sekalian mereka membawa adik kecil pulang.

Sesampai di rumah adik kecil bernama Dika itu, mereka bertemu dengan Farid. Farid terkejut melihat kedatangan mereka dan adiknya. Di depan mereka Farid masih saja memarahi adiknya, “Ngapain kamu pulang, heh...?”.

Adik farid menangis lagi bahkan lebih keras. Untung saja rumah Farid besar dan orang tuanya belum pulang bekerja sehingga tidak ada yang menegur Farid. Para pembantunya pun terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Melihat hal itu, kedua sahabat itu tidak tinggal diam. Mereka menegur Farid, “Farid, kamu itu jahat banget sih! Adik sendiri kok dimarahin terus. Masih kecil lagi. Kasihan tau!”

”Biarin aja anak nyebelin ini nangis! Dia itu udah buat cokelat pemberian Risma jatuh dan kotor!” sahut Farid.

“Kamu kok lebih ngepentingin cokelat sih daripada adik sendiri? Mungkin adikmu nggak sengaja kali,” sahut mereka berdua tak mau kalah. Farid malah marah-marah pada Tika dan Nina,“Udahlah kalian berdua nggak usah ikut campur. Ini masalahku sama adikku. Kalian nggak pulang apa? Pasti kalian udah ditunggu kan di rumah? Kalian lebih baik pulang aja sana!”

“Kalau kami pulang, kamu mau kan janji ke kita kalau kamu akan berdamai dengan adikmu. Kasihan adikmu dia masih terlalu kecil untuk disakiti.”

“Ya! Ya!” sahut Farid dengan jengkel.

“Baiklah kami berdua pulang dulu. Ingat! Janji adalah hutang! Jadi harus dibayar. Omong-omong kamu nggak marah ke kita kan?”

“Ya! Ya,” sahut Farid dengan jengkel kembali. Akhirnya mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.

Di tengah perjalanan, Nina berpikir sejenak, hal yang barusan terjadi mirip dengan apa yang dia alami –hal membuat dia menjadi murung-. Tapi masalahnya sedikit berbeda, yang ia alami adalah kebalikannya, malah ia yang marah ke kakaknya. Setelah mengalami kejadian tersebut, Nina menyadari bahwa yang ia lakukan adalah hal konyol. Lalu ia berkata pada Tika, “Tik, aku nggak jadi ke rumahmu dah! Hari dah siang nih. Aku pasti sudah ditunggu sama ibu dan kakakku untuk makan siang.”

“Trus gimana ceritamu?” protes Tika

Nina menjawab dengan polos, “Hehe...nggak ada. Aku cuman pingin jadi pendiem aja. Maafin aku ya, Tik! Aku udah buat kamu cemas. Aku nggak apa-apa kok! Bener! Kita masih sahabatan, ya!”

“Hah? Dasar anak! Kalau tahu kayak gitu mending aku yang marah. Hehehe...nggak kok! Cuma bercanda! Ya, udah! Aku juga mau pulang. Sampai jumpa besok! Daa...!”

“Daa...!”, sahut Nina sambil melambaikan tanggannya. Akhirnya kedua sahabat ini bersatu kembali.

0 Comment(s):

Post a Comment

Thanks for visiting. Silahkan berkomentar walau sesingkat apapun akan saya hargai. xie xie ☺

best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in