Wednesday, April 01, 2009

Mall - Sarana Belajar Konsumtif


Mall. Apabila kita mendengar kata itu yang terlintas di pikiran kita cenderung berhubungan dengan kehidupan yang mewah dah glamour khas ibu kota. Memang tidak dapat disangkal mall telah melekat dalam kehidupan masyarakat ibu kota yang rata-rata adalah golongan menengah ke atas. Mall cenderung dianggap sebagai pelampiasan hobi berbelanja atau bahasa nge-trend nya adalah shopping oleh masyarakat kita yang sebenarnya malah mengajari kita hidup konsumtif.

Maraknya trend globalisasi jaman sekarang, membuat semua orang berlomba-lomba untuk saling mengungguli satu sama lain. Sebagai contoh adalah banyaknya ibu-ibu metropolis yang suka berbelanja barang-barang bermerk dan mahal hanya untuk dipamerkan kepada ibu-ibu yang lain. Tentu saja membelinya bukan di sembarang toko melainkan di stall-stall bermerk di mall-mall terkemuka yang sudah tentu harganya selangit.

Akan tetapi, karena terus bersaing satu sama lain, harga pun bukan merupakan hambatan bagi mereka. Disamping memang sebagian besar dari mereka adalah kaum borjuis yang memiliki uang segudang, mereka juga hanya berpikir pendek yaitu bagaimana caranya disegani dan dianggap yang paling hebat di antara yang lainnya.

Hal ini tentu saja juga terjadi pada ibu-ibu muda yang rata-rata merupakan carrier-woman yang sudah dapat dipastikan selalu hidup dalam dunia yang glamour dan bergengsi. Untuk memenuhi hasrat tersebut, maka mereka akan sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk berbelanja hal-hal yang tidak penting.

Maka dari itu, sehubungan dengan hal di atas, para pebisnis mall selalu berusaha mencari peluang terbaik demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Salah satu caranya adalah menyediakan kids playground atau taman bermain khusus anak-anak. Hal ini tentu merupakan akal-akalan mereka saja. Dengan adanya arena bermain khusus anak-anak tersebut, orang tua mereka akan berbelanja lebih lama karena putra-putri mereka telah dititipkan di tempat yang aman tanpa perlu cemas apabila anaknya hilang atau tersesat serta merengek-rengek mengajak pulang.

Selain itu, biaya untuk bermain di zona permainan tersebut cukup menguras kantong kita. Kurang lebih Rp 150.000,00 sekali masuk per anak. Hal itu pasti sangat menguntungkan karena dalam sehari mereka bisa meraup keuntungan berlipat ganda. Apabila kita berpikir bahwa bisnis itu tidak akan laku karena harganya yang terlalu mahal, kita salah besar. Mereka tentu sudah memikirkan hal ini masak-masak. Mereka percaya bahwa mereka tidak akan rugi meskipun biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu arena permainan kurang lebih seharga 1 triliun rupiah. Hal ini terjadi karena mereka yakin bahwa keinginan anak-anak tidak dapat ditolak sehingga mau tidak mau orang tua mereka menitipkan anak-anak mereka di zona permainan yang dimiliki mall-mall tersebut. Disamping itu, mereka akan merasa senang karena anaknya tidak lagi mengganggu acara belanjanya.

Karena hampir semua pebisnis kita berpikiran seperti itu, maka hampir semuanya saling berebutan menggandeng pengunjung. Maka tidak mengherankan apabila kids playground semakin banyak dan variatif. Bukan hanya mall-mall besar saja, bahkan para pengusaha supermarket kecil pun juga ikutan trend ini. Tentu saja hal ini sangat memacu kretifitas mereka sebagai pengusaha karena masyarakat sekarang memang lebih pintar memilih. Apabila playground mereka kurang menarik dan monoton maka akan sepi pengunjung. Akan tetapi sebaliknya, apabila playground mereka menarik dan kreatif maka akan banyak pula pengunjung yang datang.

Tetapi satu hal yang perlu kita sesalkan adalah sasaran para pebisnis mall ini adalah anak-anak. Mereka tentu saja tidak sampai memikirkan apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka pasti hanya berpikir bagaimana caranya meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Meskipun tujuan mereka yang dipublikasikan di media massa adalah mengajari anak-anak kita berperilaku baik terhadap sesama yaitu dengan mengajari menghargai waktu dan selalu berusaha mencapai yang terbaik. Namun hal ini tentu hanya untuk menutup-nutupi tujuan utama mereka yaitu mengais keuntungan dari tiap pengunjung. Sangat munafik sekali kalau-kalau mereka menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan uang. Di jaman sekarang, mana mungkin seseorang tidak membutuhkan uang. Buktinya adalah dengan memberikan tiket yang cukup mahal tiap masuk ke dalam arena bermain.

Perlu kalian ketahui bahwa dengan memberi fasilitas taman bermain kepada anak-anak sama saja mengajarkan perilaku konsumtif sejak dini. Apabila hal ini terjadi, jika mereka besar nanti mereka akan terbiasa menjadi individu metropolis yang suka akan kemewahan. Hal ini tentu saja menjadikan mereka boros dan malas bekerja. Apabila mereka malas bekerja, mereka tidak akan mempunyai uang untuk menunjang hasrat konsumtif mereka. Secara tidak langsung, apabila ini terjadi pada seluruh anak bangsa maka bangsa Indonesia di masa mendatang akan berkualitas rendah. Apabila sumber daya manusia rendah, maka mereka tidak bisa memajukan negeri kita ini. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa negeri kita akan menjadi bangsa terbelakang di masa mendatang apabila hal ini terus-menerus terjadi.

0 Comment(s):

Post a Comment

Thanks for visiting. Silahkan berkomentar walau sesingkat apapun akan saya hargai. xie xie ☺

best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in best viewed in